Yayasan Pondok Pesantren " Attanzil "

Jumat, 01 September 2017

Kambing atau Anjing?

Suatu hari, seorang ulama besar dan maha guru di zamannya, yaitu Syeikh Ibrahim bin Adham رضي الله عنـه pernah teribat dialog dengan seseorang yg tidak percaya dengan eksistensi BAROKAH.
Orang itu lalu berkelakar, "Yg namanya BAROKAH itu jelas tidak ada (hanya mitos)..!"


Mendengar perkataan orang itu, lantas Syeikh Ibrahim رضي الله عنـه menjawab, "Pernahkah kamu melihat kambing dan anjing..?"
Orang itu menjawab, "Iya tentu.."

- Syeikh Ibrahim, "Mana keduanya yg lebih banyak ber-reproduksi dalam melahirkan ?"
- Orang itu menjawab, "Pastinya anjing, karena anjing bisa melahirkan sampai 7 anak sekaligus, sedangkan kambing hanya mampu melahirkan 3 anak kambing aja.."

- Syeikh Ibrahim, "Coba perhatikan lagi di sekelilingmu, manakah yg lebih banyak populasinya antara kambing dan kambing ?"
- Orang itu menjawab, "Aku lihat kambing lebih mendominasi, jumlahnya lebih banyak dibandingkan anjing.."

- Syeikh Ibrahim, "Bukankah kambing itu sering disembelih ? Entah itu buat hidangan jamuan tamu, Qurban, Aqiqah ato hajat lainnya. Tapi ajaibnya, species kambing tak kunjung punah dan bahkan jumlahnya justru nampak melebihi anjing.."
- Orang itu menjawab, "Iya, iya betul sekali.."

- Syeikh Ibrahim, "Begitulah gambarannya BAROKAH...!"
- Orang itu lalu berkata, "Jika Tamsilnya begitu, lalu kenapa justru yg mendapat BAROKAH, bukan anjing..?"

Syeikh Ibrahim رضي الله عنـه kemudian menutup dialog itu dengan jawaban yg cukup menyentil, "Karena kambing lebih memilih tidur di awal malam, tapi ia selalu bangun sebelum fajar, dan disaat itulah ia mendapati waktu yg penuh dengan Rahmat اَللّهُ سبحانه وتعالى , hingga akhirnya turunlah BERKAH kepadanya..

Beda halnya dengan anjing, ia doyan menggonggong sepanjang malam, tetapi disaat menjelang fajar, ia malah pergi tidur sampai melewatkan saat² turunnya kucuran Rahmat اَللّهُ سبحانه وتعالى  dan ia pun tidak kebagian Berkah....!"
مـاشــاءاللـــــه لاقـــــوةالابااللــــــــه 

سُبْحَانَ اللَّهِ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَ لاَ اِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَ اللَّهُ أَكْبَرُ
وَلاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ اْلعَلِىِّ اْلعَظِيْم

سلم جادول
جوجور، عاديل، دسفلين، ؤوليت، ليغالِ‎

Rabu, 30 Agustus 2017

HARGA KASIH SAYANG IBU

Seorang anak yang kaya lagi sukses menjenguk ibunya yang terbaring di rumah sakit. Sudah sebulan lamanya sang ibu bergelut dengan penyakit yang nyaris merenggut nyawanya.
Alhamdulillah, tepat keesokan harinya sang ibu telah diijinkan pulang oleh dokter.
Dengan segera, si anak mengantar ibunya kembali ke rumah. Ketika sampai di rumah, dan
melihat ibunya terbaring, tiba tiba si anak mengeluarkan lembaran lembaran kertas untuk
diberikan kepada ibunya. Isinya adalah tagihan uang selama perawatan di rumah sakit.

1. Obat: Rp. 12.500.000

2. Kamar rumah sakit:       Rp. 8.000.000

3. Uang Lelah menjenguk: Rp. 4.000.000

4. Uang Jaga malam di rumah sakit: Rp.3.000.000

5. Uang untuk Merawat ibu selama sebulan :Rp.5.000.000

6. Kerugian karena harus meninggalkan meeting: Rp 4.500.000

4. Bensin untuk perjalanan: Rp1.000.000

5. Lain lain: Rp10.000.000

tak lupa, dipojok kiri bawah tertulis "Bisa dilunasi kontan atau dicicil"

Sang ibu tersenyum kepada anak kesayangannya tersebut. Beliau lalu mengambil
sebuah map dan menyerahkan kepada anaknya. Si anak yang tidak mau waktunya terbuang,
Segera meluncur meninggalkan rumah ibunya. Beberapa jam setelah itu, ponselnya berdering
dan seorang kerabatnya mengabarkan kalau penyakit ibunya kambuh. Si anak terdiam tidak
perduli, jadwal kerjanya masihlah sangat banyak dikantor, dan itu yang harus
diutamakan, pikirnya.

Sebentar kemudian, dia teringat untuk membuka dan mengetahui isi dari sebuah map
yang telah diberikan ibunya hari itu. Ternyata berisi sebuah sertifikat rumah, tanah, dan lain
lain milik ibunya. Belum sempat dia menyelesaikan membaca,tiba tiba ponselnya berdering lagi. Kali ini kerabatnya memberitahukan bahwa sang ibu telah meninggal dunia.
Si anak masih terdiam, sampai dia melihat secarik kertas kecil yang jatuh diantara
beberapa surat yang digenggamnya...

Sebuah surat terakhir dari ibunya yang berisi...
" Terimakasih atas semua yang telah kamu
berikan pada ibu, anakku sayang. Kamu punya
rincian, ibupun akan demikian. Namun ibu
merasa kurang bisa mengisi berapa harga yang pas untuk rincian ini.

Untuk pembelian nutrisi selama kamu di dalam
kandungan: "gratis"

Untuk sembilan bulan ibu mengandungmu:
"gratis"
Untuk biaya bersalin ditambah biaya kesakitan
melahirkanmu : "gratis"
Untuk setiap malam ibu menemani kamu:
"gratis"
Untuk semua saat susah dan air mata dalam
mengurus kamu : "Gratis"
Untuk membawamu ke dokter dan mengobati
saat kamu sakit, serta mendo'akanmu: "gratis"
Untuk setiap tetes Air susu ibu: "gratis"
Untuk biaya sekolah, makan, tempat tinggal
untukmu: "gratis"
Untuk biaya mendidikmu hingga kamu dewasa
dan sukses : "gratis"
Untuk Mengasihimu selama 30 tahun: "gratis"
Anakku… dan kalau kamu menjumlahkan
semuanya
Akan kamu dapati bahwa harga Kasih sayang ibu adalah "GRATIS...!!"
Ibu cuma bercanda anakku...Ibu serahkan semua ini sebagai warisan untukmu, sebagai pengganti biaya pengobatan ibu.
Maaf ibu tidak bisa memberimu lebih
banyak. Maafkan ibu."
Tangis penyesalanpun akhirnya memenuhi
ruangan itu...
Cintai orang tua kita yang masih ada........  smoga berguna untuk anak anak kita.
sampaikan ke grup lain jika dianggap bermanfaat, jika tidak ada manfaatnya hapuslah...
Terima kasih

Sabtu, 11 Maret 2017

Majelis Mujahidin Ungkap Seribu Kekeliruan Terjemah Al-Quran Versi Depag


Dalam temuan Majelis Mujahidin (MM) terhadap Tarjamah Al Qur’an Depag yang disusun oleh tim penerjemah bentukan Depag tahun 1965 di masa Menteri Agama Saifuddin Zuhri dan mulai diterbitkan secara massal pada tahun 1969, terdapat banyak kesalahan yang tidak boleh dibiarkan, MM bahkan menemui ada seribu kesalahan terjemah Al Qur’an Depag yang selama ini menggunakan tarjamah harfiah, bukan tafsiriah. MM berpendapat, ada beberapa parameter untuk menilai kesalahan terjemah Al Qur’an versi Depag, yakni menyalahi aqidah Salaf, menyalahi kaidah logika, menyalahi struktur bahasa Arab, maksud ayat menjadi tidak jelas, maksud ayat menjadi keliru, MM juga menyampaikan temuannya atas perbedaan tarjamah Tafsiriah dan Harfiah 

Depag/Kemenag di bidang aqidah dan ekonomi.Penjabaran itu disusun dalam sebuah makalah, dan telah disampaikan langsung ke Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat. Selasa (30/11), Amir Majelis Mujahidin Ustadz Muhammad Thalib didampingi para pengurus MM lainnya, antara lain: Ustadz Abu Jibril, Ustadz Irfan S Awwas, Ustadz Muhammad Shobbarin Syakur dan sebagainya, telah beraudiensi dengan Ketua MUI KH. Ma’ruf Amin dan pengurus MUI lainnya. KH. Ma’ruf Amin menyatakan, MUI merespon temuan MM, dan berjanji akan mempelajarinya dan siap menjadi mediator untuk menyampaikan persoalan ini ke Kementerian Agama. Namun, dibutuhkan waktu yang tak sedikit untuk membahas kesalahan terjamah Al Qur’an versi Depag ini.

 Mengacu pada pendapat Dr. Adz Dzahabi dan Syeikh Ali Ash Shabuni, bahwa penerjemahan Al Qur’an secara harfiah, hukumnya haram alias tidak boleh dilakukan. Sebagaimana dinyatakan oleh Dewan Fatwa Kerajaan Arab Saudi pada 19 Jumadil ‘Ula 1426 H atau 26 Juni 2005 dan Keputusan dari Fakultas Tarbiyah Universitas King Saud, Saudi Arabia yang dihimpun oleh Sulthan bin ‘Abdullah Al Hamdan, bahwa Tarjamah harfiah Al Qur’an hukumnya haram. Dalam fatwa tersebut juga ditegaskan, bahwa tarjamah Al Qur’an yang dibenarkan adalah tarjamah tafsiriah, Ada perbedaan antara tafsir dan tarjamah tafsiriah. Adapun tafsir menjelaskan Al Qur’an yang berbahasa Arab juga. Dalam menafsirkan Al Qur’an perlu memperhatikan kaídah-kaidah yang berlaku, yang dikenal dengan istilah “tafsir bil ma’tsur sebagaimana dikemukakan oleh Abu Hayyan dalam tafsir Al Bahru Al Muhith, Sedangkan tarjamah tafsiriah adalah menerjemahkan makna ayat-ayat Al Qur’an dalam bahasa lain dengan menggunakan pola-pola bahasa terjemahan dengan memperhatikan semua caída menafsirkan Al Qur’an dan memperhatikan perbedaan pola kalimat bahasa Arab dengan bahasa terjemahannya. 

Majelis Mujahidin telah menggunakan 16 rujukan dalam menyusun tafsiriah Al Qur’an ini lepada kitab-kitab tafsir salaf, diantaranya: Tafsir Thabari, Tafsir Bahrul ‘Ulum oleh Imam Samarqandi, Tafsir Ad Durrul Manssur oleh Imam Suyuthi, Tafsir Al Kasysyaf oleh Ats Tsa’labi, Tafsir Al Qur’anil ‘Adhim oleh Ibnu Katsir, Tafsir Ma’alimut Tanzil oleh Al Baghawi, Tafsir Al Muharraq Al Wajiz oleh Ibnu ‘Athiyyah, Tafsir Al Jawaahirul Hissaanu oleh Ats Tsa’labi, Tafsir Al Muntakhab oleh Kementerian Waqaf Mesir, Tafsir Al Misbah Al Munir oleh Tim Ulama India, At Tafsir Al Wajiz oleh Dr. Wahbah Zuhaili dan sebagainya. Amir Majelis Mujahidin (MM) Ustadz Muhammad Thalib juga menjelaskan beberapa karakter dan misi Al Qur’an. Karakter Al Qur’an itu meliputi: makna setiap ayat jelas, penjelasannya rinci, makna ayat tegas dan mudah dipahami, pilihan kata-katanya sederhana, penyampaiannya ringkas dengan perumpamaan yang semourna, isinya mudah diterima akal, kandungan auatnya mencerahkan akal dan hati, penyajian satu masalah dengan pola kalimat berbeda-beda untuk memantapkan makna dan pemahaman. 

Sedangkan misi Al Qur’an antara lain: menjadi petunjuk ke jalan yang benar, membedakan yang hak dari yang batil, memberikan rahmat dan barakah (menjadikan manusia dermawan, kasih sayang, tolong menolong dsb), menjelaskan hal-hal ghaib dengan tegas, menegaskan keesaan Alloh dan membatalkan syirik, membuka cakrawala pengetahuan, Nah, dengan karakter dan misi ini, Al Qur’an selalu menggunakan kalimat-kalimat yang sederhana, jelas, tegas, menyeluruh, dan mudah dipahami. Banyak Kesalahan Berikut beberapa tarjamah harfiah yang dinilai keliru oleh Majelis Mujahidin: Al-Qur'an surat Bani Israil ayat 29: “Dan janganlah kamu jadikan tangamu terbelenggu pada lehermu, dan janganlah kamu teralu mengulurkannya karena itu kamu menjafi tercela dan menyesal.

”Dari terjemah harfiah tersebut, timbul pertanyaan: Adakah orang yang berakal mau membelenggu tangannya sendiri ke lehernya atau mengulurkan kedua tangannya terus menerus? Tentu Tidak ada! Lalu dari kalimat tarjamah harfiah ayat itu, apa yang dapat dipahami oleh pembaca? Apa arti larangan Allah pada ayat tersebut, padahal orang yang berakal tidak akan melakukan perbuatan semacam itu? Jika ayat itu diterjemahkan secara tafsiriah, maka kalimahnya berbunyi: “Dan janganlah kamu berlaku kikir, tetapi jangan pula kamu berlaku boros, karena kelak kamu akan menjadi hina dan menyesal atas sikapmu yang berlebihan.

” Dengan terjemah tafsiriah demikian, pembaca dengan mudah dapat memahami ayat tersebut. Ayat di atas melarang manusia berlaku kikir ataupun boros.Terjamahan Al Quran Versi Depag yang salah di bidang aqidah terdapat pada: QS Al Fatihah (1, 6, 7); QS. Al Baqarah (7, 200, 204); QS An-Nisa (159). Sedangkan Terjamahan Al Quran Versi Depag yang salah di bidang ekonomi, diantaranya: (QS. 2:261, 265, 278, 279); (QS. 4:5, 6, 24); (QS. 9:34, 60, 81, 103), (QS 11:87); (QS 12:47); (QS. 30:39); (QS 48:11); (QS. 51:19), (QS. 70:24). Perlu digarisbawahi bagi umat Islam, bahwa kekeliruan terjemahan Al-Qur'an ini sama sekali tidak mengurangi keaslian Al-Qur'an. Terjemahan bisa salah, karena dirumuskan oleh manusia, tapi nas Al-Qur'an yang asli dalam bahasa Arab tidak akan bisa salah satu titik pun.xxx

Sumber : http://www.alislamu.com

Konsep pemikiran Islam dan hubungannya dengan akal dan wahyu

Peluncuran tanpa menentukan lokasi untuk memakai, serta nama pemikiran Islam, terutama bahwa ada beberapa menggunakan dia beberapa di antaranya memperluas lingkaran pemikiran Islam, bahkan memperkenalkan Islam filsafat eksotis dan gerakan menyimpang dari jalan yang lurus, karena mereka filosofi dan arus, asal India dan Zoroastrianisme dan budaya Yahudi dan Kristen , seperti risalah Gnostik dan sejenisnya ... dan kemudian menghitung bahwa pemikiran Islam.


Hal ini jelas bahwa tujuan penggunaan seperti untuk Pemikiran Islam, nuansa bahwa Islam dan mengarang ide yang filosofis dan budaya aset asing, dan itu adalah hasil alami dari warisan Yahudi tanpa rasa hormat sedikit pun untuk metode ilmiah untuk mempertimbangkan, penelitian dan perbandingan. Jadi secara umum dan fakta bahwa pemikiran Islam dan berpikir terutama orisinalitas dan kehadirannya dalam sumber-sumber Arab dan Islam, itu harus rooting kata ini dalam bahasa dan terminologi, dan konsep Tgeleth ke istilah yang didefinisikan di era saat ini.
Artikel ini akan berada di dua titik berikut: pentingnya public pemikiran, konsep pemikiran Islam.
signifikansi umum untuk berpikir

A-linguistik makna: Pikirkan (penekanan) berpikir tentang pemikiran, dan mengatakan: Think (mitigasi) trima berpikir atau ideologi berat: Hit menampar, dan mengatakan: saya pikir itu: Pikirkan di mana dia seorang pemikir, dan berkata: Pikirkan hal berlebihan dalam pemikiran, yang penggunaan yang paling umum di pikiran dia, dan mengatakan: saya dalam pikiran: pertimbangan dan sengaja itu, dan berkata: aku tidak memiliki dalam pikiran ini: tidak, aku tidak perlu peduli tentang hal itu.
Idenya: pemikiran, gambaran mental dari sesuatu, dan berpikir dikumpulkan. Itu: terbalik pemikiran tentang menggosok, tetapi menggunakan pikiran dalam hal moral, scrub hal dan diteliti untuk mendapatkan kebenaran. Ibnu Faris: "Think: Fa dan Kaf dan Ra, di frekuensi hal jantung, mengatakan: berpikir: Jika bergema mengatakan hatinya, dan seorang pria Faqeer:. Banyak pemikiran"
Zat diterima (berpikir) dalam Al-Qur'an di sekitar dua puluh subjek, tetapi mereka membentuk tindakan dan tidak ada format nama atau sumber, katanya: (pikirnya dan sebanyak) (Amma: 18), dan Yang Mahakuasa berkata: (Bukankah Taatvkron) (Sapi 50), mengatakan Mahakuasa: (Mungkin mereka mencerminkan) (Hasyr: 21). Dalam ayat pertama yang diterima dalam bentuk lampau "Pikirkan," Di set kedua present tense Format dituju "Taatvkron", dan dalam ketiga bentuk present tense dari absen yang "berspekulasi."

pemikiran Islam, adalah "segala sesuatu yang telah menghasilkan pemikiran umat Islam sejak sumber perdamaian Nabi saw, sampai hari ini, dalam pengetahuan kosmik yang berkaitan dengan Allah, Maha Suci dan Maha Agung, dunia dan orang yang mengungkapkan yurisprudensi pikiran manusia untuk menjelaskan bahwa pengetahuan umum dalam rangka prinsip-prinsip Islam teologi dan hukum dan perilaku ".

Meskipun disebutkan dalam format tindakan Quran tidak ada nama atau sumber Format (berpikir), tetapi reaksi dalam bahasa Arab menunjukkan acara yang sama, dan yang telah melakukan pemikir di sini. Beberapa peneliti yang telah meraih bahwa Allah Maha Jalla Aban dan menarik perhatian dari para budak yang pekerjaan mental ini terkait dengan yang sama, dan tidak memiliki sebagai sia-sia.
B-konsep pemikiran idiomatik: berpikir Kustom banyak definisi, termasuk: "realisasi Khater dalam hal," dan realisasi pikiran dalam hal ini, dan urutan apa yang diajarkan, membawa dia ke yang tidak diketahui, "" Realisasi pikiran dikenal untuk mencapai pengetahuan yang anonim "dan" kekuatan palu untuk ilmu pengetahuan untuk diketahui, "dan" Golan yang memaksa, menurut mempertimbangkan pikiran dan bahwa manusia tanpa hewan, dan tidak dapat dikatakan, tapi apa yang bisa mereka mendapatkan foto dirinya dalam hati, "dan" aktivitas antar mental pemikiran dan kehendak dan hati nurani dan semangat termasuk apa yang sedang dilakukan untuk memikirkan tindakan mentalitas bentuk tertinggi dari analisis, instalasi dan koordinasi, yang properti kemanusiaan ini, "dan" nama untuk proses rasional kekuatan notepad pada manusia, apakah jantung atau roh atau pikiran yang diberikan dan pemikiran untuk meminta makna dari hal-hal yang tidak diketahui informasi atau akses ketentuan atau proporsi antara hal-hal yang ragu-ragu. "

Sebagaimana dinyatakan dalam beberapa definisi kamus materi ideologi ateistik dengan nama "pemikiran bebas", ia berkata: "Kebebasan Berpikir adalah kecenderungan untuk berpikir bahwa menyimpang dari konsep agama untuk menjelaskan dunia dan pengembangan kode etik dalam kehidupan, dengan awalnya komitmen salam aturan etis untuk perintah-perintah akal dan pengalaman ".
Konsep pemikiran Islam
Ketersediaan banyak ilmuwan dan peneliti untuk menentukan definisi dari satu atau lebih dari Pemikiran Islam, dan yang paling menonjol dari definisi ini adalah "segala sesuatu yang telah menghasilkan pemikiran umat Islam sejak sumber perdamaian Nabi saw, sampai hari ini, dalam pengetahuan kosmik yang berkaitan dengan Allah, Maha Suci dan Maha Agung, dunia dan orang yang mengungkapkan yurisprudensi pikiran manusia untuk menjelaskan bahwa pengetahuan umum dalam rangka prinsip-prinsip Islam teologi dan hukum dan perilaku, "atau" semua yang ditulis oleh sarjana Muslim dalam berbagai ilmu forensik dan ilegal tanpa penghakiman pada relevansi ini aset produksi intelektual agama Islam. atau produk pemikiran, yang diblokir filsafat teori-teori Barat kritis nya, maka melesat alternatif Islam salah, "atau" semua produk dari pikiran manusia yang sesuai dengan jalan Islam, "atau" segala sesuatu yang tidak Tjeribba dari unsur-unsur peradaban Islam, apakah undang-undang atau kalam atau sesuatu seperti itu. " Dengan kata lain, adalah "sisi intelektual konseptual murni yang berasal dari setiap peta peradaban kuil rekayasa dirancang untuk bangunan," atau "adalah doktrin wahyu dan pemahaman manusia yang berpikir untuk dirinya, dan kemudian komentar mereka itu," atau "penghakiman di tanah dari sudut pandang Islam," atau "Kurikulum yang berpikir Muslim atau yang harus berpikir tentang hal itu. "

Mengingat definisi ini dan definisi sebelumnya pemikiran abstrak dari deskripsi atau menambah perhatikan hal berikut:

1. Pikiran itu adalah baik dimaksudkan untuk bagaimana mereka memandang realitas manusia dari hal-hal yang saya bekerja di pikirannya, sehingga pikiran itu akan berfungsi sebagai alat atau mekanisme dalam proses berpikir dan mengikuti energi dan kekuatan dan ratu mental, psikologis, dan baik dimaksudkan yang dihasilkan "dari selama proses itu "dari persepsi dan penilaian dan wawasan tentang masalah yang diangkat.

INDAHNYA HIDUP BERSAMA AL-QUR'AN

Alquran adalah sumber kemuliaan.

Siapapun yang menjadikan Alquran sebagai panduan hidup, maka tidak ada yang akan dia dapatkan selain kemuliaan. Hidup bersama Alquran adalah kenikmatan tiada tara. Lalu, bagaimana cara mendapatkannya? Alquran adalah sumber kemuliaan.
 Siapapun yang menjadikan Alquran sebagai panduan hidup, maka tidak ada yang akan dia dapatkan selain kemuliaan (QS Al-Anbiyaa [21]: 10). Namun, siapa pun yang berpaling dari tuntutan Alquran, maka Allah akan memberikan kesempitan dalam hidupnya (QS Thahaa [20]: 124). Karena itu, syarat paling mendasar dalam berinteraksi dengan Alquran adalah bagaimana kita mampu menjadikan Alquran sebagai pedoman hidup sehari-hari. 

Ada empat keuntungan yang akan kita peroleh bila berinteraksi dengan Alquran. 

Pertama, 
Melahirkan jiwa yang sabar.
Banyak kisah tentang cobaan berat yang menimpa para pejuang Islam. Mereka diintimidasi, disiksa, dipenjarakan, bahkan dibunuh.
Namun kebersamaannya dengan Alquran membuat mereka menjadi orang-orang yang sangat tabah. Nadimah Khatul, seorang mujahidah Afghanistan, contohnya. Beliau dipenjarakan oleh kaum komunis selama enam tahun. Dan ia mengatakan, "Kami mengalami berbagai siksaan berat. Namun membaca dan mengkaji Alquran membantu kami bersabar dan bertahan menghadapinya". 

Kedua, 
Melembutkan hati. Seorang ulama mengatakan, "Sesungguhnya hati itu mengkristal sebagaimana mengkristalnya besi, maka lembutkanlah ia dengan Alquran". 

Ketiga,
mengokohkan hati. 
Difirmankan, Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu (QS Hud [11]: 120). 

Keempat, 
Sebagai nasihat dan obat tatkala hati sedih dan gundah. 
Allah SWT berfirman, Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu nasihat dari Tuhanmu dan obat bagi yang ada di dalam dada, petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (QS Yunus [10]: 57). Cara berinteraksi dengan Alquran Hidup bersama Alquran adalah kenikmatan tiada tara. Lalu, bagaimana cara mendapatkannya? 

Langkah pertama adalah membacanya (tilawah). "Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab mereka senantiasa membacanya dengan sebenar-benarnya bacaan (haqqut tilawah), mereka itulah orang-orang yang beriman kepadanya..." (QS Al-Baqarah [2]: 121). Haqqut tilawah dalam ayat tersebut adalah berfungsinya lisan, akal, dan hati ketika melantunkan Alquran. Lisan berfungsi dengan baik ketika mampu mentartikannya. Berfungsinya akal adalah dengan memahami isi ayat yang dilantunkan. Sedangkan berfungsinya hati adalah dengan merenungkan nasihat-nasihat yang terkandung di dalamnya. 

Dikisahkan, Imam Rafi'i bin Mahran pernah menderita penyakit akalah, yaitu sejenis tumor tulang pada bagian lutut. Satu-satunya cara untuk menghilangkan penyakit tersebut adalah dengan mengamputasi kaki. Waktu itu dokter menawarkan khamr untuk meredam rasa sakit tatkala proses amputasi dilakukan. Tapi Imam Rafi'i menolak dan ia mengatakan, "Aku punya obat yang lebih mujarab dari apa yang engkau tawarkan kepadaku. Datangkan saja kepada saya seorang qari." Selanjutnya ia berkata, "Dokter, apabila ayat Alquran tengah dilantunkan dan anda melihat muka saya memerah dan mata saya terbelalak, itulah saat yang tepat untuk memotong kaki saya". Ketika qari melantunkan ayat-ayat Alquran, memerahlah muka serta terbelalaklah mata Imam Rafi'i. Khususnya saat ia mendengar ayat yang berisi peringatan serta ancaman Allah SWT Imam Rafi'i merasakan seolah-olah ancaman itu ditujukan pada dirinya. 

Saat itulah dokter mulai memotong urat-urat serta menggergaji tulang kaki. Subhanallah, tidak terdengar satu pun keluhan yang keluar dari mulut lelaki saleh ini. Mengkaji Alquran Setelah membaca, interaksi seorang Muslim dengan Alquran adalah mengkaji serta memahaminya. Hal ini tidak terlepas dari fungsi Alquran sebagai pedoman hidup (QS Al-Baqarah [2]: 2). Secara redaksional, Alquran diturunkan dalam bahasa Arab. Akibatnya, kita tidak bisa merealisasikan fungsi Alquran sebagai petunjuk bila Alquran hanya dibaca saja. 

Karena itu, memahami Alquran secara baik dan benar menjadi kewajiban seorang Muslim. Ada beberapa syarat yang ditetapkan para ulama agar tidak terjadi penyimpangan dalam menafsirkan Alquran, di antaranya: (1) Memiliki akidah yang benar, (2) Bersih dari hawa nafsu, (3) Adil, (4) Memiliki pengetahuan bahasa Arab. Sebab, Allah SWT menurunkan Alquran dalam bahasa Arab (lihat QS Az-Zukhruf [43]: 2), dan (5) Menguasai ilmu-ilmu Alquran. Memahami Alquran Pertama, memahami Alquran dengan Alquran itu sendiri (tafsir quran bil quran). Sesungguhnya Alquran merupakan penjelas yang membenarkan satu bagian dengan bagian lainnya.

 Rasulullah SAW bersabda, "Sementara Allah menurunkan kitab-Nya untuk saling membenarkan satu sama lain." (HR Bukhari). Contoh ayat yang ditafsirkan dengan ayat lain: Dalam QS Al-Fatihah [1] ayat 7, ''(yaitu) orang-orang yang telah Engkau berikan nikmat kepada mereka.'' Dalam ayat ini tidak dijelaskan siapa orang-orang yang diberikan nikmat itu. Maka Allah SWT menjelaskan dalam QS An-Nisa [4] ayat 69, ''Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya) mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah sebaik-baik teman.'' 

Kedua, Memahami Alquran dengan sunah nabi yang shahih. Ibnu Taimiyyah berkata, "Cara yang paling shahih dalam memahami Alquran adalah menafsirkan Alquran dengan Alquran. Jika engkau tidak menemukan itu maka engkau mengambil sunnah, karena ia adalah penjelas Alquran". Imam Syafi'i mengatakan bahwa seluruh apa yang dihukumkan oleh Rasulullah SAW adalah dari apa yang beliau dapat dari Alquran. 
Contoh pemahaman Alquran dengan sunah: dalam Alquran ada beberapa ayat yang memerintahkan shalat. Namun, penjelasan bagaimana melakukan shalat hanya akan kita temukan dalam sunnah. Rasulullah SAW bersabda, "Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat." Ketiga, memahami Alquran dengan pemahaman para sahabat dan tabi'in. Imam Ibnu Taimiyyah mengatakan, "Jika engkau tidak menemukan tafsir dalam satu ayat Alquran, tidak juga dalam sunah, maka engkau harus mencarinya dalam perkataan para sahabat. Mereka paling mengetahui hal itu, sebab mereka melihat (qarain) situasi yang terjadi pada saat Alquran itu diturunkan. Ditambah dengan ketinggian kemampuan bahasa dan kejernihan pemahaman mereka." Contoh, pemahaman mereka terhadap kalimat "jalan yang lurus" dalam QS Al-Fatihah [1] ayat 6. Maksudnya adalah Islam atau Alquran atau sunnah Nabi atau sunah Khulafaur Rasyidin. Pemahaman yang benar terhadap Alquran akan melahirkan sikap yang benar. Insya Allah

http://boykiiz.blogspot.co.id/2010/11/indahnya-hidup-bersama-al-quran.html